Sediaan farmasi adalah produk yang mengandung zat aktif yang diformulasikan dalam berbagai bentuk agar dapat dikonsumsi oleh pasien dengan cara yang tepat dan efektif. Bentuk sediaan farmasi dikembangkan berdasarkan karakteristik bahan aktif, tujuan terapi, serta kenyamanan pasien dalam penggunaannya. Berikut adalah berbagai bentuk sediaan farmasi yang umum digunakan dalam dunia farmasi.
1. Sediaan Padat
Sediaan padat merupakan bentuk farmasi yang memiliki kestabilan tinggi dan mudah dalam penyimpanan serta distribusi. Beberapa contoh sediaan padat meliputi:
a. Tablet
Tablet adalah sediaan farmasi yang dibentuk dengan cara pemampatan serbuk atau granul bahan aktif dengan eksipien tertentu. Jenis-jenis tablet meliputi:
- Tablet konvensional – dilepaskan secara bertahap setelah dikonsumsi.
- Tablet salut selaput – dilapisi untuk melindungi bahan aktif dari lingkungan atau mengatur pelepasannya.
- Tablet kunyah – dikunyah sebelum ditelan, umumnya digunakan untuk anak-anak dan orang tua.
- Tablet sublingual dan bukal – diletakkan di bawah lidah atau di dalam pipi untuk penyerapan cepat melalui mukosa.
- Tablet pelepasan lambat – dirancang untuk melepaskan obat dalam jangka waktu tertentu.
b. Kapsul
Kapsul terdiri dari cangkang gelatin yang berisi serbuk, granul, atau cairan obat. Jenis kapsul meliputi:
- Kapsul keras – mengandung serbuk atau granul.
- Kapsul lunak – berisi cairan atau suspensi berminyak.
c. Serbuk dan Granul
Serbuk adalah bentuk sediaan kering yang terdiri dari partikel-partikel kecil, sedangkan granul adalah partikel yang lebih besar dan sering digunakan untuk membuat tablet atau dilarutkan sebelum dikonsumsi.
2. Sediaan Cair
Sediaan cair banyak digunakan karena lebih mudah ditelan, terutama untuk anak-anak dan lansia. Beberapa bentuknya meliputi:
a. Larutan
Larutan adalah sediaan farmasi cair di mana zat aktif terlarut sepenuhnya dalam pelarut.
b. Suspensi
Suspensi mengandung partikel zat aktif yang tidak larut dan harus dikocok sebelum digunakan agar merata.
c. Emulsi
Emulsi adalah campuran dua cairan yang tidak saling larut, seperti minyak dalam air atau air dalam minyak, dengan menggunakan zat pengemulsi.
d. Sirup
Sirup adalah larutan kental yang mengandung gula dan bahan aktif, biasanya digunakan untuk menutupi rasa pahit obat.
3. Sediaan Semi Padat
Sediaan semi padat digunakan untuk pemakaian topikal dan umumnya berbentuk:
a. Salep
Salep adalah sediaan berminyak yang digunakan untuk aplikasi pada kulit atau selaput lendir.
b. Krim
Krim memiliki dasar yang lebih ringan dibanding salep, sehingga lebih mudah menyerap ke dalam kulit.
c. Gel
Gel adalah sediaan farmasi berbasis air dengan konsistensi yang lebih ringan dan cepat meresap.
d. Pasta
Pasta memiliki kandungan serbuk lebih tinggi dibandingkan salep atau krim, sehingga lebih kental dan memberikan perlindungan lebih lama pada kulit.
4. Sediaan Gas
Sediaan gas digunakan untuk terapi inhalasi atau anestesi. Beberapa bentuknya meliputi:
a. Inhaler
Inhaler digunakan untuk mengantarkan obat langsung ke paru-paru, umumnya digunakan dalam pengobatan asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
b. Nebulizer
Nebulizer mengubah larutan obat menjadi kabut halus yang dihirup untuk mencapai sistem pernapasan secara langsung.
c. Gas anestesi
Gas anestesi seperti nitrous oxide digunakan dalam prosedur medis untuk menginduksi anestesi umum.
5. Sediaan Parenteral
Sediaan parenteral adalah bentuk farmasi yang diberikan melalui injeksi atau infus, yang memungkinkan obat bekerja lebih cepat dibandingkan dengan rute oral. Beberapa bentuknya meliputi:
a. Injeksi Intramuskular (IM)
Obat diberikan ke dalam otot untuk penyerapan yang lebih cepat.
b. Injeksi Intravenous (IV)
Obat diberikan langsung ke dalam pembuluh darah untuk efek yang hampir instan.
c. Injeksi Subkutan (SC)
Obat disuntikkan di bawah kulit untuk penyerapan yang lebih lambat dan bertahap.
d. Injeksi Intradermal (ID)
Obat disuntikkan ke lapisan atas kulit, biasanya untuk tes alergi atau vaksinasi tertentu.
Kesimpulan
Berbagai bentuk sediaan farmasi dirancang untuk memenuhi kebutuhan pasien dengan efektivitas terapi yang optimal. Pemilihan bentuk sediaan yang tepat bergantung pada jenis obat, tujuan terapi, serta kenyamanan pasien dalam penggunaannya. Dengan memahami berbagai bentuk sediaan farmasi, tenaga medis dapat memberikan rekomendasi yang lebih tepat kepada pasien untuk meningkatkan kepatuhan dalam terapi.